Ceng Blonk ini begitu populer di Bali karena lucunya. Semua lapisan masyarakat, dari anak-anak, dewasa, sampai orang tua sangat menggemari wayang ini. Sang dalang sangat bisa membuat penonton terpingkal-pingkal dengan tingkah, atraksai dan dialog dari karakter-karakter lucu. Disamping kelucuannya, sang dalang begitu apik bermain kata-kata yang menyampaikan filsafat kehidupan ke dalam bahasa sehari-hari yang mudah dipahami. Dan tak kalah pula, pakem tatacara, teknik panggung, teknik pendukung panggung yang selalu inovatif tanpa mengurangi pakem wayang kulit asli Bali. Gending-gending yg mengiringi cerita juga digarap begitu apik oleh para penabuh gamelan yang semuanya memang ahli seni gamelan. Sekaha wayang Cenk Blonk memang layak diacungi jempol.
Sambil menikmati keseluruhan alur pementasan yang dibawakan, ternyata kita bisa belajar banyak hal tentang kehidupan di sini. Saya sejak kecil sangat gemar dengan budaya Bali. Saya termasuk fans berat budaya Bali. Wayang Cenk Blonk ini salah satu hiburan favorit saya. Koleksi Cenk Blonk yang saya punya biasanya berupa vcd dan saya menikmatinya dengan berbagai cara. Kadang memang menikmati keseluruhan vcd dgn nonton videonya, atau menikmati hanya audionya saja tanpa video. Yang paling digemari tentunya bagian-bagian yang mengocok perut, tertawa sndiri terpingkal-pingkal. Walapun demikian, saya seringnya menikmati hanya tabuh penegaknya saja (lagu gamelan pembuka) karena memang digarap sempurna sehingga asik untuk didengarkan.
Seperti sebelum-sebelumnya, hari ini saya kembali memutar vcd Cenk Blonk. Ada hal-hal menarik yang membuat saya ingin berbagi tentang wayang ini. Yang pertama adalah tentang kesabaran menikmati alur cerita. Semua yg pernah menonton wayang tau bahwa dismping hal-hal yang lucu, ada bagian-bagian yang membosankan, misalnya ketika pemahbah cerita, kekayon, atau ketika dialog-dialog tokoh-tokoh serius, yang menggunakan bahasa kawi (bagi kita awam butuh lama untuk mencerna). Biasanya bagian-bagian ini yang selalu membosankan dan tidak terlalu kita gemari. Saya sering coba menikmati dengan skip bagian-bagian ini, karena bosan mendengerkannya. Memang kita bisa langsung ke bagian-bagian yang lucu, kita langsung bisa tertawa lepas tanpa harus mendengarkan bagian-bagian yang membosankan. Tetapi ternyata, mendengarkan langsung ke bagian-bagian yang lucu itu rasanya kurang lucu. Kualitas tawa kita ketika langsung ke bagian yang lucu tidak akan sama seperti mendengarkan keseluruhan bagian. Kita akan tertawa lebih keras dan merasa sangat lucu bagian yang lucu kalau kita mau menunggu mengikuti dan menikmati bagian yg membosankan. Saya jadi berpikir, bagaimana seandainya alur wayang ini adalah alur kehidupan kita. 'Apakah kita bisa menikmati kebahagian dengan lengkap tanpa mengikuti bagian yg tidak disenangi? Hayo kita nikmati setiap bagian dalam alur kehidupan kita dengan sabar..
Yang kedua adalah tentang punakawan Delem Sangut. Mereka memiliki karakter bertentangan, satunya sifat si Delem adalah sombong, sangat mengagungkan hal-hal duniawi. Sedangkan, satunya si Sangut adalah karakter yang penuh dengan kebijaksanaan. Tetapi, dalang tidak pernah membuat Sangut mengungguli Delem kalau bersilat lidah, dan sebaliknya Delem tidak bisa mengungguli Sangut. Apa artinya? Mereka adalah cerminan rakyat biasa - masyarakat umum. Kedua sifat ini akan selalu ada di masyarakat. Tidak ada yang salah dan benar, hanya waktu dan tingkat kecerdasan orang yg bisa memenangkan salah satu sifat ini. Setiap orang akan mengikuti sifat dari salah satu dan menganggapnya benar, dan orang lain sebaliknya.
OK, dari semua karakter, silahkan pilih karakter diri anda. Kalau saya sendiri cocok dengan Sangut. Mengapa? Dia abdi di pihak antagonis, tapi hati dan pikirannya ada di pihak protagonis. Dan dia ini cerdas dan bijaksana. Sangut tidak pernah mati, tidak pernah dihukum atau tidak pernah diagungkan. hehehe..
jro dalang bagus sekali wayangnya
BalasHapus